TAK MAU STRESS? MENULISLAH!
Oleh Sri Suparti
Pernahkah Anda merasakan galau dan risau dengan masalah pribadi, namun tidak tahu dengan siapa harus mencurahkan isi hati? Pernahkah Anda jengah dengan keadaan sekitar, namun tidak tahu ke mana harus mengadu? Masalah pribadi, masalah keluarga, atau masalah sosial yang memaksa kita terlibat di dalamnya terkadang membuat kita stress atau tertekan. Lalu, bagaimana cara mengurangi tekanan tersebut? Jawabannya adalah dengan cara menulis.
Menulis dipercaya sebagai terapi penyembuhan diri sendiri atau _self-healing therapy._ Penelitian tentang hal ini sudah dimulai sejak lama. Penelitian pertama dilakukan oleh Pennebaker pada tahun 1986. Penelitian-penelitian serupa pun mulai menjamur setelah itu. Dalam jurnal-jurnal ilmiah tentang penelitian terhadap kegiatan menulis sebagai _self-healing theraphy_, menulis tentang perasaan terdalam _(deepest feeling)_ diakui memiliki pengaruh positif terhadap kesehatan mental dan fisik. Hal ini karena menulis menjadi alat _(tools)_ untuk meregulasi emosi yang maladaptif. Selain itu, menulis juga memiliki kekuatan penyembuh atau _healing power_ karena seseorang yang sedang depresi cenderung menekan perasaannya. Dengan menuliskan apa yang dirasakan, orang tersebut bisa menyalurkan apa yang menjadi bebannya.
Lalu, di mana kita bisa menulis untuk meluapkan tekanan perasaan kita? Ada beberapa media atau sarana yang bisa menampung tulisan kita. Salah satunya adalah _diary_ atau buku harian.
Buku harian sudah tidak lagi populer di era sekarang. Namun, tidak ada salahnya jika kita menggunakan buku harian untuk menuliskan perasaan kita. Buku harian bisa jadi ruang paling privasi di mana kita bisa memuntahkan segala beban kita. Di _diary_ tersebut, kita bisa menuliskan kemarahan kita, kekesalan kita, dan juga kesedihan kita. _Diary_ menjadi pendengar paling setia terhadap segala keluh-kesah kita, tanpa ada orang lain yang mendengar. Bahkan, kita menuliskan umpatan dan caci-maki pun kerahasiaannya akan tetap terjaga, selama tidak ada orang lain yang membuka buku harian kita. Memang, _diary_ tidak akan memberikan solusi terhadap masalah kita. Namun, dengan menuliskan luapan problem kita di buku harian, kita akan merasakan lega dan akan merasa lebih baik.
Selain buku harian, kita juga bisa menulis di media sosial seperti WA, IG, FB, atau blog. Berbeda dengan buku harian, media sosial memberi peluang kepada orang lain untuk membaca tulisan kita. Hal ini akan membawa manfaat dan juga dampak. Manfaatnya, dengan menuliskan perasaan kita di media sosial, kita bisa mendapatkan saran, nasehat, ataupun solusi dari pembaca tulisan kita. Di sisi lain, dengan menulis perasaan kita di media sosial, kita justru akan menuai hujatan, cemoohan, dan juga pandangan buruk dari _haters_ atau orang yang tidak menyukai tulisan kita. Bisa jadi, dengan menuliskan permasalahan di media sosial, masalah kita tidak berkurang, justru malah bertambah. Untuk itu, kita harus bijak jika menggunakan sosial media untuk menuliskan permasalahan kita.
Media lain yang bisa kita gunakan untuk menulis adalah media massa. Media massa ini bisa berupa koran, majalah, atau juga media online. Media massa sangat cocok bagi kita yang risau terhadap permasalahan sosial dan ingin memberikan solusi terhadap masalah yang kita tulis. Tulisan di media massa harus lebih sistematis, tidak sebebas menulis di buku harian ataupun media sosial. Sehingga, kita harus mengikuti aturan kepenulisan yang berlaku di media tersebut. Di media massa, kita bisa mengungkapkan perasaan kita melalui artikel, opini, tips, ataupun dalam bentuk karya sastra berupa cerpen, puisi, komik, atau karikatur. Jika tulisan kita terbit di media massa, kita tidak hanya merasa lega karena telah berhasil mengungkapkan perasaan kita, namun juga bonus honor menulis dari redaksi.
Media lain yang bisa menjadi sarana kita untuk menulis adalah buku. Sama halnya dengan menerbitkan tulisan di media massa, menulis buku tidak hanya membuat hati kita lega, namun juga mendapatkan koin dari buku kita yang terjual. Menulis buku sebenarnya tidak sesulit yang kita bayangkan. Hanya saja, butuh keberanian dan tekat yang lebih besar jika kita ingin menerbitkan buku. Hal ini agar buku yang kita tulis tidak sekedar sebagai sarana kita meluapkan perasaan, tetapi juga bisa memberikan manfaat bagi pembacanya.
Jadi, jika Anda masih sering stress dan masih bingung harus curhat ke mana, jangan khawatir lagi. Mulailah menulis dari sekarang.
Cc : Bu Sri Suparti (Peserta Kelas Menulis Lazismu Plupuh)